Sabtu, 05 Maret 2016



MEA 2016
KESIAPAN MAHASISWA PERINDUSTRIAN DALAM MENGHADAPI MEA
Sifat :opini
Oleh : FLMPI POLITEKNIK APP

Menengok kembali hal yang melatar belakangi terjadinya MEA 2015 yaitu Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association of Southeast Asia Nations / ASEAN) didirikan tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand melalui Deklarasi ASEAN oleh Filipina, Indonesia, Singapura dan Thailand (ASEAN Founding Fathers). Pada KTT ASEAN ke-9tahun 2003, ASEAN menyepakati BALI CONCORD II yang memuat 3 (tiga) pilar untuk mencapai ASEAN Vision 2020 yaitu Ekonomi, Sosial Budaya dan Politik Keamanan. Terkait dengan ekonomi, diwujudkan dalam bentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Tanggal 20 November 2007 disepakati Piagam ASEAN dan menjadikan ASEAN organisasi berbadan hukum dengan fokus perhatian pada proses integrasi ekonomi menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Di tahun ini juga, ASEAN sepakat mempercepat implementasi MEA dari tahun 2020 menjadi tahun 2015; untuk mewujudkan MEA 2015, dirumuskan AEC Blueprint, yang memuat langkah-langkah strategis yang harus diambil setiap Negara Anggota ASEAN mulai tahun 2008 sampai dengan tahun 2015.
Dengan latar belakang diatas, kini MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) atau AEC (Asean Economic Community) akrab terdengar ditelinga masyarakat Indonesia yang notabenenya menjadi bagian dari ASEAN sendiri. Khususnya teruntuk yang memiliki hubungan krusial dengan dunia perindustrian umumnya untuk semua elemen negara, MEA cukup menjadi topic pembahasan yang menarik untuk diperbincangkan baik dari kesiapannya, hingga strategi dan taktik untuk menghadapinya. Sejak tanggal 31 desember 2015, MEA resmi meluncur dengan manis dibumi pertiwi. Namun pembahasan kali ini akan lebih dikerucutkan dengan sudut pandang dari mahasiwa saja. Lebih khususnya mahasiswa perindustrian Indonesia, mahasiswa yang kampusnya dinaungi Kementrian Perindustrian Republik Indonesia yang kita sama-sama ketahui bahwa mahasiswa mengambil peranan penting di bumi pertiwi ini karena mahasiswa juga merupakan tongkat estafet kepemimpinan bangsa. Seperti kata-kata yang pernah diucapkan oleh Soekarno : “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”



Kemudian bagaimana mahasiswa perindustrian menyikapinya? Khususnya untuk mahasiswa politeknik  APP  Jakarta. Bagaimana kesiapan mereka?


 

Berdasarkan table diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
4 dari 10 mahasiswa yang diwawancarai merasa sudah siap untuk menghadapi MEA 2015
6 dari 10 mahasiswa yang diwawancarai merasa belum siap untuk menghadapi
Berikut opini dari beberapa diantara mereka :
Menurut “Febrina” salah satu mahasiswa Jurusan PIWAR Politeknik APP, menyatakan bahwa dirinya belum siap, mengingat masih banyak mahasiswa yang berkualitas rendah dan tidak mampu bersaing. Untuk menanggulangi hal tersebut, mahasiswa Indonesia harus memperbaiki diri dan merubah main set serta pola hidup kita.
Menurut “Hendri” jurusan PIWAR Politeknik APP, yang datanya sama dengan Febrina, juga menyatakan hal yang serupa dengan alasan karena wawasan mengenai MEA masih sangat dangkal.
Menurut “Adi” jurusan PIWAR Politeknik APP, yang menyatakan bahwa dirinya siap mengahadapi MEA dikarenakan mental dan pemikiran tentang korelasi antara sector industry dan perdagangan serta stabilitas politik dan keamanan sudah matang.
Menurut “Ibnu” jurusan PIWAR Politeknik APP yang sependapat dengan Adi, mengemukakan alasannya karena mahasiswalah yang nantinya akan melanjutkan tongkat kepengurusan bangsa Indonesia.
Menurut “Ningrum” jurusan Manajemen Logistik Politeknik APP, menyatakan bahwa mahasiswa Indonesia harus siap karena mahasiswa sudah seharusnya menjadi gardu dalam pembangunan Indonesia.
Menurut “Dede” jurusan Sumber Daya Manusia (SDM) APP tingkat 3, menyatakan bahwa mahasiswa APP tidak siap karena bersaing dengan orang lokal pun belum tentu bisa, maka dari itu, mahasiswa Indonesia harus mempersiapkan tiga hal, yaitu : knowledge, skill, dan attitude, juga memperdalam kemampuan berbahasa agar terjalin komunikasi yang efektif antar lintas budaya yang disepakati oleh Meliana Suharmita APP jurusan pemasaran tingkat 3 dan Nana Ariadi jurusan PIWAR Politeknik APP.
Menurut “Firda” jurusan PIWAR Politeknik APP, menyatakan dirinya sudah siap, karena mahasiswa sekarang selalu aktif dan terampil ditambah lagi sebagian besar mahasiswa mengikuti pelatihan danberusaha memperlancar bahasa Inggris, dengan begitu mereka berusaha membekali diri untuk siap menghadapi MEA.
Menurut “Ira” jurusan Perdagangan Internasional APP tingkat 2, menyatakan belum siap, karena wawasan antar Negara mengenai budaya ekonomi negara ASEAN pun masih jauh dari kata menguasai.
Catatan : proses wawancara sengaja mengambil banyaks umber dari mahasiswa jurusan PIWAR (PerdaganganInternasional Wilayah ASEAN dan RRT) karena mereka berkutat di MEA dan cukup menguasai pembahasan. Meskipun ada beberapa mahasiswa tingkat 2, dan 3 APP dariprodi lain yang dilibatkan.
Terlepas dari apa yang dikemukakan beberapa narasumber diatas, sudah seharusnya kita sebagai mahasiswa Indonesia SIAP menghadapi MEA. Karena sesungguhnya, Indonesia memiliki pemikir-pemikir hebat untuk merumuskan tiap permasalahan yang ada untuk kemudian dipecahkan dan diselesaikan. Tinggal fokus kepada revolusi mental yang memerlukan gebrakankhusus agar berani untuk mengambil tindakan, tidak hanya sebatas teori saja. Toh, pemerintah tidak tinggal diam dengan terus memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh mahasiswa Indonesia agar kompeten menghadapi MEA. Yang perlu kita lakukan hanya memanfaatkan fasilitas itu sebaik mungkin. Dan sadar diri, hadap diri dan tutup diri untuk segala kemungkinan yang akan terjadi dimasa mendatang bahwa kitalah generasi penerus bangsa.

0 komentar:

Posting Komentar