Senin, 04 September 2017

FLMPI NASIONAL
RAPAT KOORDINASI NASIONAL KE-XX
FORUM LEMBAGA MAHASISWA PERINDUSTRIAN INDONESIA.

Jakarta- Jumat (18/08) Rapat koordinasi Nasional (Rakoornas)  dilaksanakan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri, Senayan, Kby. Baru Kota Jakarta Selatan selama 3 hari. Rapat tersebut dihadiri oleh seluruh mahasiswa dari 9 institusi dibawah naungan Kementrian Perindustrian diantaranya; Politeknik APP Jakarta, Politeknik ATI Makassar, Politeknik AKA Bogor, Politeknik ATK Jogjakarta, Politeknik PTKI Medan, Politeknik STMI Jakarta, Politeknik STTT Bandung, Politeknik ATIP Padang, dan AK-Teks Solo.
Tujuan dilaksanakan Rakornas ini sesuai dengan temanya yaitu “Revitalisasi FLMPI Sebagai Pelopor Perkembangan Industri Bangsa”. Acara ini diharapkan dapat menghidupkan dan menggiatkan kembali peran Flmpi yang akan menjadi pelopor perkembangan industri bangsa kedepannya.
Rakornas XX FLMPI dibuka oleh Steering Committe lalu dilanjutkan pembahasan Agenda dan Tata Tertib. Setelah itu dilakukan audiensi dengan Bapak Nono Chariono Chalil, S.Teks, M.Si selaku Kepala Bidang Pengembangan Pendidikan Vokasi Pusdiklat Kementrian Perindustrian. Dalam sambutannya Beliau “mengharapkan FLMPI dapat membuat kegiatan yang dapat memberikan Feedback yang positif dan bermanfaat.  Audiensi tersebut juga membahas tentang permasalahan-permasalahan yang disampaikan oleh setiap institusi. Selanjutnya dilanjutkan pada agenda penyampaian kabar kampus dan Laporan Koorkam. Setelah istirahat agenda dilanjutkan dengan Evaluasi PJ Nasional tentang Program Kerja dan Rekomendasi-Rekomendasi apa saja yang telah dilaksanakan dan apa saja kendala yang mereka hadapi. Lalu, dilanjutkan penyampaian Kabar Munas yang disampaikan oleh Politeknik STMI Jakarta selaku Tuan Rumah pelaksana Munas XX FLMPI. Sidang pun ditutup dengan penyerahan palu sidang dari presidium sidang ke SC.
Setelah kegiatan sidang selesai dilanjutkan dengan ramah tamah dengan para Alumni. Mereka memberikan nasihat dan motivasi kepada seluruh peserta yang hadir saat itu, dengan canda tawa menceritakan pengalaman mereka saat mereka juga masih menjadi bagian dari kegiatan kegiatan FLMPI baik Rakoornas maupun Munas.
Ade Kurniawan selaku PJ Koornas FLMPI, mengatakan pihaknya mengapresiasi kepada seluruh jajaran panitia pelaksana kegiatan Koordinasi Nasional Ke-XX FLMPI yang sudah mempersiapkan dan menyelesaikan acara ini dengan baik.
“Sebuah Tim adalah lebih dari sekumpulan orang. Ini adalah proses memberi dan menerima.”
                                                                                                -Barbara Glacel & Emili Robert
“Kebersamaan adalah permulaan. Menjaga bersama adalah kemajuan. Bekerja sama adalah keberhasilan.”
                                                                                                -Henry Ford

SALAM KERJA SAMA MAHASISWA PERINDUSTRIAN INDONESIA


*Pembukaan Sidang oleh Steering Committe


*Audiensi dengan Bpk. Nono Chariono Chalil, S.Teks, M.Si


*Foto Bersama dengan Bpk. Nono Chariono Chalil, S.Teks, M.Si


Sabtu, 27 Mei 2017

  HASIL RAPAT KOORDINASI NASIONAL FORUM LEMBAGA MAHASISWA PERINDUSTRIAN INDONESIA XVIII

            Sehubungan dengan diadakannya Rapat Koordinasi Nasional XIX di Politeknik ATK Yogyakarta pada 19-21 September 2016 kemarin, kami pengurus FLMPI  akan
memperbaharui informasi rekan-rekan perindustrian terkait hasilnya.

Rekomendasi yang diajukan oleh internal Politeknik APP Jakarta :
Menindak lanjuti dari program Perpusakaan Eletronik ( E-Library )
Tanggapan :
Alhamdulillah sudah terlibatnya seorang Pustakawan yang bergelar S-1 Perpustakaan sehingga proses input data sudah mulai diadakan guna perpustakaan Elektronik itu sendiri. Rencananya Perpustakaan akan merekrut beberapa mahasiswa guna penginputan data-data buku pembelajaraan yang masih belun terdata.

Rekomendasi yang diajukan oleh kedelapan kampus dibawah KEMENPERIN (Global) :
1. Pengajuan program Career Development Center bagi seluruh kampus secara merata
2. Pengajuan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi untuk 8 kampus secara bersamaan dan tersebar di Indonesia
Tanggapan :
1. Career Development Center akan diimplementasikan kepada semua kampus tapi untuk sistemnya seperti apa masih didiskusikan dan InsyaAllah akan terlaksan 2-3 tahun kedepan.
2. Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi untuk 8 kampus secara bersamaan dan tersebar di Indonesia ini masih dipertimbangkan karena memerlukan sistem yang tepat dan penanggung jawab. Jadi rekomendasi diterima dan akan didiskusikan kembali.
Tidak hanya itu, pada saat  kehadiran Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementrian Perindustrian  Bapak Mujiono, Beliau membawa berita tentang Pengembangan Pendidikan Vokasi dengan Konsep Dual Sistem. Kabarnya Beliau akan mecoba menerapkan sistem pendidikan yang sudah diterapkan di Jerman. Dengan harapan kedepannya sistem tersebut akan dapat memajukan kesejahteraan Indonesia terutama di bidang Industrinya.
Besar harapan kami bahwa mahasiswa/i Politeknik APP Jakarta dapat terus berkreasi dan akan nyaman dengan adanya sistem yang akan diterapkan oleh Kementerian Perindustrian itu sendiri

“Disetiap kesuksesan orang besar, Terdapat jasa-jasa orang-orang yang bekerjasama dengan mereka. Kesuksesan besar anda tercipta karena bekerjasama dengan orang yang tepat.”
Berakhirnya RAKOORNAS FLMPI XIX menjadi tolak ukur kita sebagai pertimbangan untuk kinerja setiap Internal di masa mendatang. Dan semoga dengan berakhirnya acara tersebut akan mengubah sudut pandang setiap mahasiswa akan kepeduliannya terhadap lingkungan kampus maupun masyarakat.

 Demikian informasi yang dapat kami sampaikan. Atas perhatian rekan sekalian kami ucapkan terimakasih.




Dengan mengusung tema "Peningkatan Mutu SDM Industri dalam Upaya Mendukung Indonesia Negara Industri 2025", Forum Lembaga Mahasiswa Perindustrian Indonesia kembali menggelar acara rutin tahunan yang hadir dengan mengusung nama Musyawarah Nasional XIX FLMPI (MUNAS XIX FLMPI). Pada kesempatan kali ini FLMPI Politeknik ATI Padang dipercaya untuk menjadi tuan rumah Musyawarah XIX FLMPI yang telah diselengarakan pada tanggal 04-10 Desember 2016.

Sabtu, 05 Maret 2016



MEA 2016
KESIAPAN MAHASISWA PERINDUSTRIAN DALAM MENGHADAPI MEA
Sifat :opini
Oleh : FLMPI POLITEKNIK APP

Menengok kembali hal yang melatar belakangi terjadinya MEA 2015 yaitu Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association of Southeast Asia Nations / ASEAN) didirikan tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand melalui Deklarasi ASEAN oleh Filipina, Indonesia, Singapura dan Thailand (ASEAN Founding Fathers). Pada KTT ASEAN ke-9tahun 2003, ASEAN menyepakati BALI CONCORD II yang memuat 3 (tiga) pilar untuk mencapai ASEAN Vision 2020 yaitu Ekonomi, Sosial Budaya dan Politik Keamanan. Terkait dengan ekonomi, diwujudkan dalam bentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Tanggal 20 November 2007 disepakati Piagam ASEAN dan menjadikan ASEAN organisasi berbadan hukum dengan fokus perhatian pada proses integrasi ekonomi menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Di tahun ini juga, ASEAN sepakat mempercepat implementasi MEA dari tahun 2020 menjadi tahun 2015; untuk mewujudkan MEA 2015, dirumuskan AEC Blueprint, yang memuat langkah-langkah strategis yang harus diambil setiap Negara Anggota ASEAN mulai tahun 2008 sampai dengan tahun 2015.
Dengan latar belakang diatas, kini MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) atau AEC (Asean Economic Community) akrab terdengar ditelinga masyarakat Indonesia yang notabenenya menjadi bagian dari ASEAN sendiri. Khususnya teruntuk yang memiliki hubungan krusial dengan dunia perindustrian umumnya untuk semua elemen negara, MEA cukup menjadi topic pembahasan yang menarik untuk diperbincangkan baik dari kesiapannya, hingga strategi dan taktik untuk menghadapinya. Sejak tanggal 31 desember 2015, MEA resmi meluncur dengan manis dibumi pertiwi. Namun pembahasan kali ini akan lebih dikerucutkan dengan sudut pandang dari mahasiwa saja. Lebih khususnya mahasiswa perindustrian Indonesia, mahasiswa yang kampusnya dinaungi Kementrian Perindustrian Republik Indonesia yang kita sama-sama ketahui bahwa mahasiswa mengambil peranan penting di bumi pertiwi ini karena mahasiswa juga merupakan tongkat estafet kepemimpinan bangsa. Seperti kata-kata yang pernah diucapkan oleh Soekarno : “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”



Kemudian bagaimana mahasiswa perindustrian menyikapinya? Khususnya untuk mahasiswa politeknik  APP  Jakarta. Bagaimana kesiapan mereka?


 

Berdasarkan table diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
4 dari 10 mahasiswa yang diwawancarai merasa sudah siap untuk menghadapi MEA 2015
6 dari 10 mahasiswa yang diwawancarai merasa belum siap untuk menghadapi
Berikut opini dari beberapa diantara mereka :
Menurut “Febrina” salah satu mahasiswa Jurusan PIWAR Politeknik APP, menyatakan bahwa dirinya belum siap, mengingat masih banyak mahasiswa yang berkualitas rendah dan tidak mampu bersaing. Untuk menanggulangi hal tersebut, mahasiswa Indonesia harus memperbaiki diri dan merubah main set serta pola hidup kita.
Menurut “Hendri” jurusan PIWAR Politeknik APP, yang datanya sama dengan Febrina, juga menyatakan hal yang serupa dengan alasan karena wawasan mengenai MEA masih sangat dangkal.
Menurut “Adi” jurusan PIWAR Politeknik APP, yang menyatakan bahwa dirinya siap mengahadapi MEA dikarenakan mental dan pemikiran tentang korelasi antara sector industry dan perdagangan serta stabilitas politik dan keamanan sudah matang.
Menurut “Ibnu” jurusan PIWAR Politeknik APP yang sependapat dengan Adi, mengemukakan alasannya karena mahasiswalah yang nantinya akan melanjutkan tongkat kepengurusan bangsa Indonesia.
Menurut “Ningrum” jurusan Manajemen Logistik Politeknik APP, menyatakan bahwa mahasiswa Indonesia harus siap karena mahasiswa sudah seharusnya menjadi gardu dalam pembangunan Indonesia.
Menurut “Dede” jurusan Sumber Daya Manusia (SDM) APP tingkat 3, menyatakan bahwa mahasiswa APP tidak siap karena bersaing dengan orang lokal pun belum tentu bisa, maka dari itu, mahasiswa Indonesia harus mempersiapkan tiga hal, yaitu : knowledge, skill, dan attitude, juga memperdalam kemampuan berbahasa agar terjalin komunikasi yang efektif antar lintas budaya yang disepakati oleh Meliana Suharmita APP jurusan pemasaran tingkat 3 dan Nana Ariadi jurusan PIWAR Politeknik APP.
Menurut “Firda” jurusan PIWAR Politeknik APP, menyatakan dirinya sudah siap, karena mahasiswa sekarang selalu aktif dan terampil ditambah lagi sebagian besar mahasiswa mengikuti pelatihan danberusaha memperlancar bahasa Inggris, dengan begitu mereka berusaha membekali diri untuk siap menghadapi MEA.
Menurut “Ira” jurusan Perdagangan Internasional APP tingkat 2, menyatakan belum siap, karena wawasan antar Negara mengenai budaya ekonomi negara ASEAN pun masih jauh dari kata menguasai.
Catatan : proses wawancara sengaja mengambil banyaks umber dari mahasiswa jurusan PIWAR (PerdaganganInternasional Wilayah ASEAN dan RRT) karena mereka berkutat di MEA dan cukup menguasai pembahasan. Meskipun ada beberapa mahasiswa tingkat 2, dan 3 APP dariprodi lain yang dilibatkan.
Terlepas dari apa yang dikemukakan beberapa narasumber diatas, sudah seharusnya kita sebagai mahasiswa Indonesia SIAP menghadapi MEA. Karena sesungguhnya, Indonesia memiliki pemikir-pemikir hebat untuk merumuskan tiap permasalahan yang ada untuk kemudian dipecahkan dan diselesaikan. Tinggal fokus kepada revolusi mental yang memerlukan gebrakankhusus agar berani untuk mengambil tindakan, tidak hanya sebatas teori saja. Toh, pemerintah tidak tinggal diam dengan terus memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh mahasiswa Indonesia agar kompeten menghadapi MEA. Yang perlu kita lakukan hanya memanfaatkan fasilitas itu sebaik mungkin. Dan sadar diri, hadap diri dan tutup diri untuk segala kemungkinan yang akan terjadi dimasa mendatang bahwa kitalah generasi penerus bangsa.

Senin, 26 Oktober 2015




JAKARTA. Industri fesyen didorong menerapkan konsep ramah lingkungan dalam aktivitas produksi. Praktek ini lebih dikenal sebagai ethical fashion yaitu pendekatan desain dan dan pembuatan pakaian bermanfaat bagi masyarakat dan sekaligus meminimalkan dampak terhadap lingkungan.



Demikian diungkapkan Menteri Perindustrian Saleh Husin yang juga menyebut pendekatan ini dapat digandengkan dengan fesyen berkelanjutan (green fashion) dalam pelaksanaannya.



"Fesyen yang ramah lingkungan ini dapat menjadi keunggulan Indonesia. Rekan-rekan desainer dan pengusaha tentu sudah akrab dengan pewarna alami dan proses pembuatan kain yang berbahan baku alam," kata Saleh saat meresmikan pembukaan Fashion Show “Beginning Ethical Fashion” pada Jakarta Fashion Week 2016, di kawasan Senayan, Jakarta, Senin (26/10/2015).



Produk fesyen yang memperhatikan dampak lingkungan, sambungnya, lazimnya dibuat dengan ketelitian sejak pembuatan bahan baku, pemilihan motif, dan pewarnaan. Secara sosial, hubungan desainer dengan perajin juga terjalin lebih personal dan bernuansa kekeluargaan.



"Green fashion ini sebenarnya sudah Indonesia banget. Kita sudah melakukan dan tinggal kita konsisten serta mengemasnya untuk memperkuat brand fesyen Indonesia ketika dipasarkan ke pasar domestik dan global," lanjutnya.



Nilai ekonominya pun lebih tinggi karena memiliki unsur eksklusif. Para pembeli yang sadar akan lebih menghargai produk ini karena merasa memiliki dan ikut mendukung proses pelestarian budaya Indonesia.



"Ini menjadi peluang emas bagi para desainer, IKM bidang fesyen maupun pengusaha lainnya untuk menggali budaya yang mulai hilang dan terancam punah dan menghasilkan produk yang menarik," ujar Dirjen Industri Kecil dan Menengah Kemenperin, Euis Saedah.



Pemerintah juga mengapresiasi para desainer yang bekerja sama dan memberdayakan IKM produsen bahan baku tekstil dan asesoris. Menurut Euis, kemitraan ini efektif melestarikan budaya, menjaga pola produksi ramah lingkungan dan sekaligus menyejahterakan pelaku industri kecil.



Selain menggelar program Penghargaan Industri Hijau, pihaknya juga menyelenggarakan beberapa aktivitas seperti Swarna Fest di Alor, Lomba Desain Batik Tomini yang termasuk dalam rangkaian Sail Tomini 2015 dan ajang fashion show yang mengangkat serat dan pewarna alami dari kekayaan alam Indonesia.

Sementara itu, keberadaan Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta dan pendirian Bali Creative Industry Center (BCIC) ditujukan untuk menggerakkan potensi industri fesyen di seluruh Indonesia.

Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.

Jakarta, 26 Oktober 2015

Kepala Pusat Komunikasi Publik

Selasa, 29 September 2015



Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengumumkan Paket Kebijakan Ekonomi Tahap II hari ini, Selasa (29/9), di Jakarta. Berbeda dengan Paket Kebijakan Ekonomi I yang meliputi banyak regulasi, kali ini pemerintah fokus hanya pada upaya meningkatkan investasi. Bentuknya berupa deregulasi dan debirokratisasi peraturan untuk mempermudah investasi, baik penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA).

Untuk menarik penanaman modal, terobosan kebijakan yang akan dilakukan adalah memberikan layanan cepat dalam bentuk pemberian izin investasi dalam waktu 3 jam di Kawasan Industri. Dengan mengantongi izin tersebut, investor sudah bisa langsung melakukan kegiatan investasi.

Regulasi yang dibutuhkan untuk layanan cepat investasi 3 jam ini adalah Peraturan Kepala BKPM dan Peraturan Pemerintah mengenai Kawasan Industri serta Peraturan Menteri Keuangan. “Perka BKPM selesai hari ini, dan PP-nya tinggal ditandatangani Presiden. Sedangkan Peraturan Menteri Keuangan ini akan selesai Jumat ini,” kata Darmin Nasution.

Kriteria untuk mendapatkan layanan cepat investasi ini adalah para investor memiliki rencana investasi minimal Rp 100 miliar dan atau rencana penyerapan tenaga kerja Indonesia di atas 1,000 (seribu) orang. Permohonan disampaikan oleh calon pemegang saham dengan cara datang langsung ke Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pusat di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Satu calon pemegang saham boleh mewakili calon pemegang saham lainnya sepanjang membawa lampiran surat kuasa.

Layanan cepat Pendirian Badan Hukum Investasi melalui PTSP Pusat di BKPM ini meliputi izin penanaman modal (investasi), akta pendirian perusahaan, dan pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM sebagai badan hukum Indonesia, serta NPWP.

Izin investasi yang diberikan sekaligus akan berfungsi sebagai izin konstruksi untuk memulai kegiatan investasi di Kawasan Industri. Tapi sebelumnya, perusahaan tersebut harus memenuhi norma/standar dalam berinvestasi yang harus dipenuhi sesuai ketentuan Kawasan Industri, antara lain pajak, TDP, Izin Gangguan/SITU, IMB, Izin Lokasi, Pertimbangan Teknis Pertanahan, HGB, Izin Lingkungan dan Amdal, Amdal Lalin, ketenagakerjaan, BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, dan lain-lain.

Selama ini masalah panjangnya waktu dan banyaknya izin yang dibutuhkan untuk melakukan investasi menjadi kendala besar bagi terlaksananya kegiatan usaha. Dan itu menjadi pertimbangan investor ketika hendak menanamkan modalnya di Indonesia.

Sebagai perbandingan, selama ini investor di luar Kawasan Industri membutuhkan waktu selama 8 hari untuk mengurus perizinan badan usaha. Ini masih ditambah pengurusan 11 izin untuk melakukan konstruksi yang membutuhkan waktu 526 hari. Jika investasi dilakukan di dalam Kawasan Industri, waktu yang dibutuhkan untuk mengurus perizinan badan usaha adalah 8 hari, sedangkan 11 perizinan lainnya tidak diperlukan karena perizinan-perizinan tersebut dikecualikan bagi perusahaan yang berusaha di Kawasan Industri.

Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.



Jakarta, 29 September 2015

Kementeriaan Koordinator Bidang Perekonomian








berikut ini adalah beberapa dokumentasi dari kegiatan Rapat Koordinasi Nasional FLMPI XVIII
yang di selenggarakan di kampus Politeknik APP Jakarta.


Seminar dan Workshop

Peserta seminar dan workshop mengerjakan job yang di berikan trainer

Antusiah peserta utuk mengikuti arahan dari trainer

Hiburan penampilan music band

Pameran Produk dari 8 Institusi + sponsoor

Kunjungan Industri di musium batik

Arahan dari tour guide

menyerahkan kenang kenang-kenangan untuk pembicara yang hebat banget


Pembukaan sidang dengan agenda pemilihan presidium