MEA
2016
KESIAPAN
MAHASISWA PERINDUSTRIAN DALAM MENGHADAPI MEA
Sifat
:opini
Oleh
: FLMPI POLITEKNIK APP
Menengok kembali hal yang melatar belakangi terjadinya
MEA 2015 yaitu Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association of
Southeast Asia Nations / ASEAN) didirikan tanggal 8 Agustus 1967 di
Bangkok, Thailand melalui Deklarasi ASEAN oleh Filipina, Indonesia, Singapura dan
Thailand (ASEAN Founding Fathers). Pada KTT ASEAN ke-9tahun 2003, ASEAN
menyepakati BALI CONCORD II yang memuat 3 (tiga) pilar untuk mencapai ASEAN
Vision 2020 yaitu Ekonomi, Sosial Budaya dan Politik Keamanan. Terkait dengan ekonomi,
diwujudkan dalam bentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Tanggal 20 November
2007 disepakati Piagam ASEAN dan menjadikan ASEAN organisasi berbadan hukum dengan
fokus perhatian pada proses integrasi ekonomi menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA). Di tahun ini juga, ASEAN sepakat mempercepat implementasi MEA dari tahun
2020 menjadi tahun 2015; untuk mewujudkan MEA 2015, dirumuskan AEC Blueprint,
yang memuat langkah-langkah strategis yang harus diambil setiap Negara
Anggota ASEAN mulai tahun 2008 sampai dengan tahun 2015.
Dengan latar belakang diatas, kini MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) atau AEC
(Asean Economic Community) akrab terdengar ditelinga masyarakat Indonesia yang
notabenenya menjadi bagian dari ASEAN sendiri. Khususnya teruntuk yang memiliki
hubungan krusial dengan dunia perindustrian umumnya untuk semua elemen negara,
MEA cukup menjadi topic pembahasan yang menarik untuk diperbincangkan baik dari
kesiapannya, hingga strategi dan taktik untuk menghadapinya. Sejak tanggal 31
desember 2015, MEA resmi meluncur dengan manis dibumi pertiwi. Namun pembahasan
kali ini akan lebih dikerucutkan dengan sudut pandang dari mahasiwa saja. Lebih
khususnya mahasiswa perindustrian Indonesia, mahasiswa yang kampusnya dinaungi Kementrian
Perindustrian Republik Indonesia yang kita sama-sama ketahui bahwa mahasiswa mengambil
peranan penting di bumi pertiwi ini karena mahasiswa juga merupakan tongkat estafet
kepemimpinan bangsa. Seperti kata-kata yang pernah diucapkan oleh Soekarno : “Beri
aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10
pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”
Kemudian bagaimana mahasiswa perindustrian menyikapinya?
Khususnya untuk mahasiswa politeknik APP
Jakarta. Bagaimana kesiapan mereka?
Berdasarkan
table diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
4
dari 10 mahasiswa yang diwawancarai merasa sudah siap untuk menghadapi MEA 2015
6
dari 10 mahasiswa yang diwawancarai merasa belum siap untuk menghadapi
Berikut
opini dari beberapa diantara mereka :
Menurut
“Febrina” salah satu mahasiswa Jurusan
PIWAR Politeknik APP, menyatakan bahwa dirinya belum siap, mengingat masih banyak
mahasiswa yang berkualitas rendah dan tidak mampu bersaing. Untuk menanggulangi
hal tersebut, mahasiswa Indonesia harus memperbaiki diri dan merubah main set
serta pola hidup kita.
Menurut
“Hendri” jurusan PIWAR Politeknik
APP, yang datanya sama dengan Febrina, juga menyatakan hal yang serupa dengan alasan
karena wawasan mengenai MEA masih sangat dangkal.
Menurut
“Adi” jurusan PIWAR Politeknik APP,
yang menyatakan bahwa dirinya siap mengahadapi MEA dikarenakan mental dan pemikiran
tentang korelasi antara sector industry dan perdagangan serta stabilitas politik
dan keamanan sudah matang.
Menurut
“Ibnu” jurusan PIWAR Politeknik APP
yang sependapat dengan Adi, mengemukakan alasannya karena mahasiswalah yang
nantinya akan melanjutkan tongkat kepengurusan bangsa Indonesia.
Menurut
“Ningrum” jurusan Manajemen Logistik
Politeknik APP, menyatakan bahwa mahasiswa Indonesia harus siap karena mahasiswa
sudah seharusnya menjadi gardu dalam pembangunan Indonesia.
Menurut
“Dede” jurusan Sumber Daya Manusia
(SDM) APP tingkat 3, menyatakan bahwa mahasiswa APP tidak siap karena bersaing dengan
orang lokal pun belum tentu bisa, maka dari itu, mahasiswa Indonesia harus mempersiapkan
tiga hal, yaitu : knowledge, skill, dan attitude, juga memperdalam kemampuan berbahasa
agar terjalin komunikasi yang efektif antar lintas budaya yang disepakati oleh Meliana
Suharmita APP jurusan pemasaran tingkat 3 dan Nana Ariadi jurusan PIWAR
Politeknik APP.
Menurut
“Firda” jurusan PIWAR Politeknik APP,
menyatakan dirinya sudah siap, karena mahasiswa sekarang selalu aktif dan terampil
ditambah lagi sebagian besar mahasiswa mengikuti pelatihan danberusaha memperlancar
bahasa Inggris, dengan begitu mereka berusaha membekali diri untuk siap menghadapi
MEA.
Menurut
“Ira” jurusan Perdagangan Internasional
APP tingkat 2, menyatakan belum siap, karena wawasan antar Negara mengenai budaya
ekonomi negara ASEAN pun masih jauh dari kata menguasai.
Catatan
: proses wawancara sengaja mengambil banyaks umber dari mahasiswa jurusan PIWAR (PerdaganganInternasional Wilayah
ASEAN dan RRT) karena mereka berkutat di MEA dan cukup menguasai pembahasan.
Meskipun ada beberapa mahasiswa tingkat 2, dan 3 APP dariprodi lain yang
dilibatkan.
Terlepas
dari apa yang dikemukakan beberapa narasumber diatas, sudah seharusnya kita sebagai
mahasiswa Indonesia SIAP menghadapi MEA. Karena sesungguhnya, Indonesia
memiliki pemikir-pemikir hebat untuk merumuskan tiap permasalahan yang ada untuk
kemudian dipecahkan dan diselesaikan. Tinggal fokus kepada revolusi mental yang
memerlukan gebrakankhusus agar berani untuk mengambil tindakan, tidak hanya sebatas
teori saja. Toh, pemerintah tidak tinggal diam dengan terus memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan
yang diperlukan oleh mahasiswa Indonesia agar kompeten menghadapi MEA. Yang
perlu kita lakukan hanya memanfaatkan fasilitas itu sebaik mungkin. Dan sadar diri,
hadap diri dan tutup diri untuk segala kemungkinan yang akan terjadi dimasa mendatang
bahwa kitalah generasi penerus bangsa.